Pages

Labels

Senin, 02 Januari 2017

Antara Guru dan Merdeka Belajar

“Guru itu kemuliannya terletak pada mendidik anak-anak didiknya di manapun dia berada” (Suyoto, Bupati Bojonegoro).
“Jadilah manusia, manusia yang baik, begitu juga dengan guru, bukan jadi guru yang berdagang” (Ridwan Kamil, Walikota Bandung).
           Itulah dua buah kalimat motivasi yang penuh makna yang dipaparkan oleh dua pembicara dalam Temu Pendidik Nusantara 2016. Temu Pendidik Nusantara 2016 dilaksanakan dari Hari Jum’at-Sabtu, 28-29 Oktober 2016 di Jakarta Selatan. Temu pendidik nusantara menjadi ajang bertemunya para guru maupun pegiat pendidikan di seluruh nusantara. Selain itu temu pendidik nusantara juga menjadi wadah bagi para pendidik untuk berefleksi terhadap upaya-upayanya dalam mendidik anak-anak baik di sekolah maupun di luar sekolah. Temu pendidik nusantara merupakan konferensi tahunan dari Komunitas Guru Belajar dan untuk tahun ini mengusung tema “Merdeka Belajar”.
Merdeka belajar?
                Iya benar, merdeka belajar. Asing ditelinga kita baik sebagai pendidik maupun non pendidik. Apa itu merdeka belajar? Pasti bingung, kenapa belajar butuh yang namanya merdeka atau kemerdekaan. Ya, kalau dilihat secara sekilas, merdeka artinya bebas, lepas dan enjoy melakukan sesuatu. Kalau menurut apa yang ada di dalam KBBI, merdeka memiliki arti tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu. Dalam konteks ini tidak tergantung pada guru ataupun orang tua. Poin yang perlu digaris bawahi adalah “tidak tergantung”. Seseorang yang sudah merdeka artinya sudah tidak tergantung dengan siapapun. Sehingga anak merdeka belajar artinya anak tidak tergantung lagi dengan guru ataupun orang tua. Tapi bukannya anak memang masih tergantung dengan orang lain? iya memang benar, anak masih tergantung dalam artian masih sangat membutuhkan bantuan dari orang lain, ataupun sosok yang lebih dewasa darinya dan anak akan mengimitasi orang yang berpengaruh dalam hidupnya. Nah kok malah jadinya berkontradiksi dengan arti merdeka belajar.
                Maksud dari anak merdeka dalam belajar adalah anak memiliki kebebasan dalam membuat pilihan yang berhubungan dengan masa depannya. Anak tidak menggantungkan pilihannya kepada guru maupun orang tua, Begitu juga dengan guru dan orang tua, tidak memaksakan pilihan yang dianggapnya tepat untuk masa depan si anak. Anak memiliki kebebasan dan kemandirian dalam mencari dan mengembangkan ilmu, bakat, minat serta keterampilannya. Akan tetapi, kemerdekaan membutuhkan proses yang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama, serta memerlukan peran dari pihak-pihak lain. Akan tetapi orang tua ataupun guru hanya mendampingi anak, bukan mengintervensinya.
Guru (tidak) harus belajar?
                Apakah hanya anak-anak yag perlu belajar? Kalau pernah mendengar istilah “long live learner” maka belajar adalah tugas yang terjadi sepanjang hayat. Jadi tidak hanya murid yang masih dalam tahap anak-anak yang belajar, tapi gurupun juga harus terus belajar. Guru juga harus menjadi seorang pembelajar. Tugas guru tidak hanya mendidik dan membelajarkan, tetapi juga harus didik dan belajar. Ya, guru harus belajar dan membelajarkan. Guru harus senantiasa mengupdate ilmu dan pengetahuannya. Pendidikan memerlukan adanya inovasi. Pendidikan bersifat dinamis tidak statis, sehingga gurupun harus terus berinovasi agar kedinamisan pendidikan sejalan dengan kemampuan dan kompetensi guru itu sendiri.
                Pada akhirnya merdeka belajar tidak hanya harus dimiliki anak-anak, tetapi guru juga perlu memiliki kemerdekaa dalam belajar. Untuk mengakhiri tulisan ini, saya kutip closing statement dari Najeela Shihab saat menyampaikan materi “Merdeka Belajar” di Temu Pendidik Nusantara. “Temu Pendidik Nusantara-Konferesi Komunitas Guru Belajar, membulatkan tekad, bukan sembarang guru yang dibutuhkan untuk reformasi pendidikan, tapi guru yang MERDEKA BELAJAR. Kita perlu suara lebih lantang dan bermakna lebih banyak. Semua murid, semua guru”. Semoga bermanfaat. J
A.Budiyanto, S.Pd
Guru SDIT Salsabila Al Muthi’in, Bantul, D.I Yogyakarta

Penggerak Komunitas Guru Belajar Yogyakarta

2 komentar: